A.
Mekanisme
Pengaturan Ekspresi Gen
Produk-produk gen tertentu seperti
protein ribosomal, rRNA, tRNA, RNA polimerase, dan enzim-enzim yang
mengatalisis berbagai reaksi metabolisme yang berkaitan dengan fungsi
pemeliharaan sel merupakan komponen esensial bagi semua sel. Gen-gen yang
menyandi pembentukan produk semacam itu perlu diekspresikan terus-menerus
sepanjang umur individu di hampir semua jenis sel tanpa bergantung kepada
kondisi lingkungan di sekitarnya. Sementara itu, banyak pula gen lainnya yang
ekspresinya sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan sehingga mereka hanya
akan diekspresikan pada waktu dan di dalam jenis sel tertentu. Untuk
gen-gen semacam ini harus ada mekanisme pengaturan ekspresinya.
Pengaturan ekspresi gen dapat terjadi
pada berbagai tahap, misalnya transkripsi, prosesing mRNA, atau translasi.
Namun, sejumlah data hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan ekspresi
gen, khususnya pada prokariot, paling banyak terjadi pada tahap transkripsi.
Mekanisme pengaturan transkripsi, baik
pada prokariot maupun pada eukariot, secara garis besar dapat dibedakan menjadi
dua kategori utama, yaitu (1) mekanisme yang melibatkan penyalapadaman (turn on and
turn off) ekspresi gen sebagai respon terhadap perubahan kondisi
lingkungan dan (2) sirkit ekspresi
gen yang telah terprogram (preprogramed circuits). Mekanisme
penyalapadaman sangat penting bagi mikroorganisme untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan lingkungan yang seringkali terjadi secara tiba-tiba. Sebaliknya,
bagi eukariot mekanisme ini nampaknya tidak terlalu penting karena pada
organisme ini sel justru cenderung merespon sinyal-sinyal yang datang dari
dalam tubuh, dan di sisi lain, sistem sirkulasi akan menjadi penyangga bagi sel
terhadap perubahan kondisi lingkungan yang mendadak tersebut. Pada mekanisme
sirkit, produk suatu gen akan menekan transkripsi gen itu sendiri dan sekaligus
memacu transkripsi gen kedua, produk gen kedua akan menekan transkripsi gen
kedua dan memacu transkripsi gen ketiga, demikian seterusnya. Ekspresi gen yang
berurutan ini telah terprogram secara genetik sehingga gen-gen tersebut tidak
akan dapat diekspresikan di luar urutan. Oleh karena urutan ekspresinya berupa
sirkit, maka mekanisme tersebut dinamakan sirkit ekspresi gen.
B.
Mengapa
Ekspresi Gen Harus Dikontrol
DNA terdiri atas ribuan bahkan ratusan
ribu gen tergantung pada jenis organisme apakah uniseluler atau multiseluler.
Tidak semua sel bekerja untuk karakter yang sama walaupun memiliki gen-gen yang
sama karena tidak semua gen diekspresikan pada level yang sama pada tiap sel.
Proses kontrol suatu gen terekspresi atau tidak pada waktu berbeda dan pada
kondisi yang berbeda disebut regulasi ekspresi gen.
Sel meregulasi gen-gen karena banyak
alasan. Suatu sel mungkin hanya mengekspresikan gen yang yang dibutuhkan pada
lingkungan tertentu, sel sangat efesien sehingga tidak membuang energi untuk
membuat mRNA yang tidak dibutuhkan pada waktu tersebut. Atau sel dapat
menginaktifkan gen yang menghasilkan produk yang bertentangan/menghambat proses
lain yang berlangsung dalam sel pada waktu tersebut. Sel juga meregulasi
gen-gen yang merupakan bagian dari proses perkembangan sepertii embriogenesis
dan sporulasi. Ekspresi gen melalui banyak tahap, tiap gen memiliki kesempatan
diregulasi. Pertama RNA ditranskripsi dari gen (segmen DNA tertentu). walaupun
RNA adalah produk akhir dari gen, molekul RNA tersebut membutuhkan
proses-proses untuk dapat menjadi aktif (pasca transkripsi dan paca translasi).
mRNA akan ditranslasi menjadi protein. Protein kemudian membutuhkan proses atau
transpor untuk dapat melakukan aktifitas biologis secara aktif. Walaupun
setelah produk gen telah disintesis dalam bentuk final, aktivitasnya juga
dimodulasi pada kondisi lingkungan yang sesuai.
Regulasi yang berlangsung pada tahap
transkripsi dari gen ke mRNA disebut regulasi transkripsional. Regulasi atau
kontrol transkripsional adalah kontrol sintesis rantai polipeptida dari cetakan
mRNA-nya. Kontrol transkripsional merupakan mekanisme utama dalam pengaturan ekspresi
gen bakteri. Bentuk regulasi ini ini lebih efesien; mRNA yang tidak ditranslasi
akan tidak berguna. Tidak semua gen yang ditranskripsi diregulasi, tidak
bersifat ekslusif. Tiap regulasi yang terjadi setelah transkripsi disebut
regulasi postranskripsional. Terdapat banyak tipe regulasi postranskripsional,
yang paling utama adalah regulasi posttranlasi, Jika gen diregulasi pada tahap
translasional, mRNA mungkin dapat dilanjutkan pada tahap transkripsi , tapi
translasinya memungkinkan untuk dihambat.
Kontrol ekspresi gen lebih kompleks pada eukariotik daripada
prokariotik. Perbedaan utama dari kedua regulasi ini adalah adanya membran inti
pada eukariotik, yang mencegah transkripsi dan translasi terjadi secara simultan.
Pada eukariotik kontrol inisasi transkripsi adalah titik utama regulasi
sedangkan pada eukarioptik regulasi ekspresi gen dapat dikatakan ekuivalen dari
banyak titik berbeda dari transkripsi sampai posttranslasi. Regulasi gen memungkinkan
sel untuk mengatur struktur dan fungsi yang menjadi dasar dari diferensiasi,
morfogenesis dan kemampuan adaptif setiap organisme.
C.
Kontrol
Ekspersi Gen Pada Sel Prokariot
Pada bakteria, gen dikat pada satu
operon. Operon adalah kelompok gen yang mengkode protein penting dalam fungsi
metabolisme tertentu yang terkoordinasi seperti biosintesis asam amino
tertentu. RNA yang ditranskripsi dari operon prokariotik berisifat
polisistrinik yaitu terdiri atas gen-gen struktural yang mengkode beberapa
protein dalam satu kali transkripsi. Operon bakteri adalah wilayah pada DNA
yang meliputi gen-gen cotranskripsi menjadi RNA yang sama ditambah semua
cis-acting sequences yang dibutuhkan untuk mentranskripsi gen-gen ini, termasuk
gen promotor sebagai operator dan sequen lain yang termasuk pada regulasi
transkripsi gen-gen ini. Karena gen-gen dari satu operon semua telah
ditranskripsi dari promotor yang sama dan menggunakan sekuen regulator yang
sama, semua gen pada satu operon dapat diregulasi transkripsinya secara
simultan.
Represor dan Aktivator
Regulasi transkripsi bakteri
diregulasi oleh produk gen regulator, yang umumnya protein dan sebut represor
atau aktivator. Protein regulatur berikatan dengan operon promotor dan
meregulasi transkripsi daru promotor. Kadang-kadang protein regulator dapat
berperan rangkap dan dapat juga menunjukkan reaksi enzimatis pada jalur yang
dikode oleh operon. Karena berikatan dengan DNA, represor dan aktivator sering
memiliki helix-turn-helix motif shared oleh banyak ikatan DNA protein.
(Helix-turn-helix motif of DNA binding proteins : adalah protein yang berikatan
pada DNA termasuk represor dan aktivator, sering membagi motif struktur yang
sama ditentukan oleh interaksi antara protein dan DNA helix. Salah satu motif
adalah helix-turn-helix motif). Represor dan aktivator bekerja berlawanan
arah. represor berikatan pada sisi yang disebut operator dan menginkatifkan
promotor, bertujuan mencegah transkripsi dari gen-gen operon. Aktivator,
sebaliknya berikatan pada sisi ikatan dan mengaktifkan promotor, untuk
memfasilitasi proses transkripsi dari gen-gen pada operon.
D.
Pengaturan
Ekspresi Gen pada Eukariot
Pada eukariot tingkat tinggi gen-gen
yang berbeda akan ditranskripsi pada jenis sel yang berbeda. Hal ini
menunjukkan bahwa mekanisme pengaturan pada tahap transkripsi, dan juga
prosesing mRNA, memegang peran yang sangat penting dalam proses diferensiasi
sel.
Pada sel eukariot gen yang mengkode
protein yang berfungsi bersama-sama biasanya terletk pada kromosom yang
berbeda. Situasi ini berbeda dari bakteri, dimana gen yang mengkode protein
berfungsi bersama-sama berletak berdampingan satu sama lain dalam operan.
operan tidak terdapat pada sel eukariot. Ekspresi gen pada sel eukariot,
berlangsung di sejumlah tahapan yang berbeda yaitu : transkripsi, pasca
transkripsi, translasi dan pasca tarnslasi.
1)
Pengaturan
di tingkat transkripsi
kontrol utama dari ekspresi gen terjadi
pada tingkat awal transkripsi. Transkripsi di awali oleh pada unsur promotor
proksimal yang membentuk sekitar 30 nukelotida di hulu dari tempat start
transkripsi. daerah ini mengandung yang disebut sebagai books TATA dengan
rangkaian TATA atau rangkaian yang serupa. Struktur ini mengikat suatu kompleks
protein yang dikenal sebagai faktor books TATA, dalam hal ini termasuk
protein-protein pengikatan books TATA (TBP atau TFIID). Faktor lain seperti
TFII, TFIII dan polimerase RNA. Beberapa promotor tidak mengandung kotak TATA
dan mengawali transkripsi melalui faktor-faktor yang sama. Secara umum
faktor-faktor ini diesbut faktor piranti umum dan basal.
Protein lain dapat berikatan dengan
faktor basal pada regio promotor dan enhancer DNA untuk bertindak bersama
dengan RNA polimerase untuk dapat mengatur awal transkripsi. Protein ini
disebut sebagai faktor transkripsi.
Transkivator adalah protein yang
digabungkan dengan protein lain (koaktivator) ke kompleks protein yang terikat
ke promotor basak books TATA. Apabila terjadi interaksi yang sesuai antara
transkivator, koaktivator, dan kompleks promotor basal, RNA polimerase lebih
sering berikatan dengan promotor basal sehingga kecepatan transkripsi gen
meningkat. Interaksi protein pengatur ini dengan DNA melibatkan gamabaran
struktural motif helix-turn-helix atau zink finger. Banyak dari protein ini
membentuk dimer melalui gamabaran struktural misalnya leucine zipper.
Pengaktifan gen
spesifik
Ditingkat transkripsi gen spesifik,
elemen di dalam urutan DNA (disebut elelemen sis) berikatan dengan faktor lain
yang dikenal sebagai elemen trans (biasanya protein) yang mendorong atau
menghambat pengikatan RNA plimerase ke gen. Senyawa, misalnya hormon steroid
dapat berfungsi sebagai inducer, merangsang pengikatan elemen trans ke elemen
sis DNA. Inducer seperti hormon steroid yang masuk ke dalam sel dan berikatan
dengan protein reseptor. Reseptor ini juga memiliki domain yang mengikat elemen
respon spesifik (elemen sis). Apabila kompleks inducer-reseptor berikatan
dengan DNA, gen mungkin menjadi aktif, atau pada beberapa kasus menjadi tidak
aktif.
Hormon polipeptida dan faktor
pertumbuhan juga mengatur ekspresi gen, walaupun senyawa ini tidak masuk ke dalam
sel. Senyawa tersebut bereaksi dengan reseptor yang terletak di permukaan sel,
merangsang reaksi yang menghasilkan second messenger di dalam sel, yang
akhirnya mengaktifkan gen. Inducer yang sama dapat mengaktifkan banyak gen yang
berbeda apabila setiap gen tersebut memiliki elemen respon yang umum di regio
pengaturnya.
Pada kenyataannya sebuah inducer dapat
mengaktifkan serangakaian gen dalam suatu cara yang terprogram dan teratur.
Inducer mula-mula mengaktifkan satu kumpulan gen. Salah satu protein produk
kumpulan gen tersebut kemudian dapat berfungsi sebagai inducer bagi kumpulan
gen yang lain. Aapabila proses ini di ulang-ulang, hasil akhirnya adalah bahwa
satu inducer dapat merangsang serangakain proses yang mengaktifkan banyak
kumpulan gen yang berlainan. Selain serangkain gen yang berespon terhadap
hormon, serangakaian gen yang lain, disebut heat shock genes, berespon terhadap
peningkatan suhu, menghasilkan protein yang melindungi sel dari kerusakan
akibat panas.
Dengan demikian masing-masing gen
memiliki banyak elemen respon yang berbeda di regio pengaturnya. Setiap gen
tidak memiliki protein khusus yang mengatur transkripsinya. Namun terdapat
sejumlah kecil protein pengatur yang bekerja bersama-sama untuk menghasilkan
berbagai respon dari gen yang berlainan
2.
Pengaturan di tingkat pasca transkripsi
Meruapakan pengaturan setelah
terbentuknya mRNA dan selama transport RNA dari inti ke sitoplasma.
a.
Penyuntingan
RNA
Pada beberapa keadaan, RNA mengalami
beberapa perubahan setelah transkripsi. Pada semua jaringan urutan gen adalah
sama. Namun mRNA yang di transkripsikan dari gen tersebut berbeda. Walaupun
belum sepenuhnya di pahami, tampaknya mekanisme yang digunakan melibatkan
perubahan basa, penambahan atau pengurangan sebuah nukleotida setelah transkrip
disintesa.
salah
satu contoh penyuntingan RNA terjadi pada pembentukan apoprotein B (apo B) yang
di sintesa di sel hati dan usus dan berfungsi sebbagai lipoprotein yang
dihasilkan oleh jaringan tersebut. Walaupun apoprotein tersebut di kode oleh
gen yang sama, versi protein yang dibentuk di hati (B-100) mengandung 4563
residu asam amino, sedangkan yang dibentuk di sel usus (B-48) hanya memiliki
2152 asam amino.
b.
Transport
mRNA
Pada sel eukariot, mRNA harus berpindah
dari inti melalui pori-pori inti ke sitoplasma agar dapat di translasikan.
Nuklease menguraikan mRNA, mencegah pembentukan protein yang di kode oleh mRNA.
selama transportasi ini mRNA terikat pada protein yang membantu penguraiannya.
3.
Pengaturan tingkat translasi
Pengaturan pada pembentukan protein.
Faktor inisiasi untuk translas, teruta ma faktor inisiasi eukariotik 2 (elF2)
merupakan pusat mekanisme pengatur ini. Kerja elF2 dapat di hambat oleh
fosforilasi. mRNA lain memiliki lengking tajam yang menghambat inisiasi
translasi.
4.
Pengaturan di tingkat post translasi
Pengaturan setelah terbentuknya protein.
Setelah di sintesis, lama hidup protein di atur oleh degradasi proteolitik.
Protein memiliki waktu apruh yang berbeda-beda. sebagian hanya bertahan
beberapa jam atau hari, sementara yang lain menetap sampai beberapa bulan atau
tahun. Sebagian protein mengalami degradasi oleh enzim lisosom sementara
protein yang lain di degradasi oleh protease di dalam sitoplasma. Sebagian
protein ini tampaknya mengalami degradasi melalui pengikatan suatu protein yang
dikenal dengan nama ubikuitin. Ubikuitin adalah protein yang sangat hemat.
Urutan asam aminonya hanya memiliki sedikit variasi antara berbagai organisme.
Terima kasih artikelnya sangat membantu dan mudah dimengerti.
ReplyDeleteMungkin disertai gambar lebih bagus :)
ReplyDeleteTerimakasih untuk masukkan ya 😊😊
ReplyDelete